Senin, 01 Desember 2008

JAGUNG DAN KACANG KEDELAI – Turun dipicu rendahnya konsumsi



Harga jagung dan kacang kedelai terjerembab hingga keposisi terbesar lebih dari 1 minggu dipicu laporan yang menunjukkan tergelincirnya laporan sector manufaktur dari US ke Cina, yang memicu spekulasi bahwa resesi semakin dalam yang akan memotong konsumsi dari bahan makanan, produk susu dan telur.

Penurunan harga kacang kedelai dan jagung juga terjadi di pasar fisik Indonesia. Harga jagung hibrida di Kab.Bandung mengalami penurunan Rp.10/kg atau 0.15% menjadi Rp.6.570/kg, sementara harga kacang kedelai varietas wilis di Kab.jember tidak mengalami perubahan tetap pada Rp.4.700/kg. Harga kacang kedelai varietas wilis dengan kadar air 24% dan kadar kotoran 12% di tingkat petani Kab.Grobogan dijual pada harga Rp.6.300, sementara ditingkat pengumpul dijual pada Rp.6.800/kg dan ditingkat konsumen Rp.6.950/kg.

Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa produksi mengalami kontraksi di Eropa, Rusia dan Afrika Selatan, yang memungkinkan makanan, makanan ternak dan permintaan terhadap biofuel akan mengalami penurunan. Angka kehilangan pekerjaan di US melonjak hingga posisi tertinggis sejak 1993. Harga jagung dan kedelai sudah mengalami penurunan selama 5 bulan dipicu pelambatan pertumbuhan ekonomi.

Harga jagung futures kontrak Maret tergelincir 17cent atau 4.65% menjadi $3.4875 per bushel di CBOT, penurunan terbesar dalam sehari sejak 21 Nov, ketika kontrak paling aktif menyentuh level terendah selama 13 bulan di $3.365. Jagung sudah turun 56% dari rekor $7.9925 pada 27 Juni.

Kacang kedelai futures kontrak Januari turun 37cent atau 4.2% menjadi $8.46 per bushel, penurunan terbesar dalam sehari sejak 20 Nov. Harga melonjak hingga $8.3525 pada 21 Nov. Harga futures sudah turun 48% sejak rekor $16.3675 di 3 Juli.

Standard & Poor’s GSCI Index yang mengukur komoditi 24 material, mengalami kejatuhan lebih dari 6.5%, dipicu juga penurunan lebih dari 8% untuk perak dan minyak mentah futures. Index ini, mengalami penurunan terendah sejak Mei 2005 pada 21 Nov dan sudah turun 59% dari rekor pada 3 Juli.

Dollar mengalami penguatan dan meningkat 0.9% terhadap 6 mata uang utama termasuk euro dan yen dan sudah mengalami peningkatan terbesar selama 2 hari berturut-turut sejak 12 Nov. Penguatan dollar menggerus investasi terhadap komoditi sebagai sarana hedge melawan inflasi.

Sementara itu di panen jagung dan kacang kedelai di Brazil dan Argentina, mengalami penurunan dipicu hujan deras.

Tidak ada komentar: