Selasa, 25 Mei 2010

Crude Palm Oil Ends Down Marginally; Export Data Due Tuesday


Crude Palm Oil Ends Down Marginally; Export Data Due Tuesday

May 24, 2010 18:47 UTC+8


Crude palm oil futures on Malaysia’s derivatives exchange ended marginally lower in choppy trade Monday as investors liquidated positions ahead of the release of export statistics.

The benchmark August contract on the Bursa Malaysia Derivatives exchange ended MYR1 lower at MYR2,490 a metric ton after moving in a MYR2,481-MYR2,498 range.

Higher crude oil and soyoil prices boosted prices in early trade, but speculation that palm oil output has risen in May prevented palm futures from climbing above MYR2,500/ton, trade participants said.

"The market has been directionless today and most traders have opted to liquidate their positions until there's a clearer direction in the market," said an executive at Kuala Lumpur-based commodities brokerage.

Some trade participants said CPO output in May has risen around 5%-6% so far this month, damping market sentiment with expectations that end-month palm oil inventory levels could also rise.

Investors ignored talk that palm oil exports were also likely to rise in the May 1-25 period, focusing instead on palm oil's supply fundamentals.

"Palm oil exports may have risen to around 1.03 million tons (for the May 1-25 period)," said a senior trading executive at Malaysia-based plantation company.

The loading of the vessels seems to have been fairly active in some ports in east Malaysia, a Malaysia-based shipping executive said.

Exports totaled 947,304 tons for the first 25 days in April, according to data from cargo surveyor Intertek Agri Services. Another independent surveyor SGS (Malaysia) Bhd. put exports in the period at 1.01 million tons.

Both surveyors are likely to issue estimates of exports for the corresponding period of May on Tuesday.

Prices may rise above MYR2,500/ton on Tuesday if exports meet market expectations, a Singapore-based analyst said.

Sluggish demand in the physical market also limited any rise in prices today, a Singapore-based cash market broker said.

Palm olein for October/November/December was traded at $780/ton free on board from Malaysian ports, a Singapore-based trader said.

Cash CPO for prompt shipment was offered MYR10 higher at MYR2,570/ton.

Open interest on the BMD was 69,048 lots, versus 68,244 lots Friday. One lot is equivalent to 25 tons.

A total of 6,019 lots of CPO were traded versus 12,806 lots Friday.

Closing BMD Crude Palm Oil (CPO) futures prices in MYR/ton at 1000 GMT:

Month Close Previous Change High Low

Jun'10 2,530 2,531 Down 01 2,545 2,530

Jul'10 2,508 2,511 Down 03 2,520 2,501

Aug'10 2,490 2,491 Down 01 2,498 2,481

Sep'10 2,472 2,480 Down 08 2,480 2,467

Copyright (c) 2010 Dow Jones & Company, Inc.

Sabtu, 10 Januari 2009

Keuntungan dibalik aksi teroris Israel



Hingga aksi teror Israel ke Palestina memasuki hari ke 15 sudah lebih dari 800 jiwa warga Palestina tewas dan 1/3 diantaranya adalah anak-anak. Perhatian dunia pada aksi biadab ini sangat minim dan hanya fokus pada bantuan kemanusiaan, tanpa berdaya menghentikan agresi teroris ini sebagai sumber dari bencana kemanusiaan ini.

Politik dan perang memang memiliki logikanya sendiri. Kekuatan sumber daya merupakan fakor penting dalam melakukan bargaining position diantara pergaulan internasional.Ini politik bukan percintaan.

Pertanyaanya adalah, apakah PBB sudah kehilangan urgensinya ? sehingga sebuah tindakan biadab didepan mata nampak dibiarkan ?kenapa hanya fokus pada bantuan kemanusiaan ?

Banyak pihak sepertinya diuntungkan secara tidak langsung dengan serangan zionis Israel ini. kenaikan harga minyak mentah yang sempat menembus level $52 per barel memberikan keuntungan tersendiri bagi negara penghasil minyak, sepeti Arab Saudi dan UAE serta tentunya Amerika Serikat.

Dengan quota sekitar 9 juta barel/hari, maka secara rata-rata Arab Saudi telah mendapatkan keuntungan sekitar $126 juta dollar dalam 15 hari. Tentu angka ini sangat timpang dengan sumbangan Arab Saudi untuk Palestina yang diberitakan Metro TV hanya $4 juta.Kondisi yang serupa diperoleh oleh negara penghasil minyak lainnya.

Penikmat keuntungan berikutnya para spekulan yang "posisinya"menggantung diatas ketika harga melonjak di level tertingginya, dan spekulan minyak yang berkepentingan mendorong harga minyak ditengah kelesuan permintaan akibat krisis keuangan global.

Berita buruk di USA berupa melonjaknya angka pengangguran hingga menembus level tertinggi sejak 1954 memberikan tekanan pada harga minyak hingga turun lebih dari 5.6% ke harga $40.83 per barel.

Nampaknya berita buruk akan terus menghantui pergerakan harga minyak, dengan semakin dalamnya kriris ekonomi global yang akan menggerus permintaan ditengah pasokan yang tetap tinggi.

Dalam kondisi pasar seperti ini, maka hanyak faktor politik yang dapat diharapkan memicu harga minyak. Sepertinya "penikmat" perang ini berkepentingan atau paling tidak ragu-ragu untuk menghentikan serangan biadab Israel ini, hingga mereka mencapai tujuan ekonominya.

Bagi kita tentunya, secara moral agresi teroris Israel jelas memicu keprihatinan yang mendalam dan solidaritas persaudaraan Islam disisi lain secara ekonomi juga akan berdampak merugikan kepentingan ekonomi kita dengan melambungnya "carrying charges" dalam jangka panjang.

Untuk itu satu kata, hentikan agresi teroris Israel dan hukum penguasa Israel ke Mahkamah Internasional.

Selasa, 30 Desember 2008

Dampak Ekonomi serangan Israel ke Gaza



Serangan brutal Israel terhadap pendudukuk sipil Palestina, yang menewaskan 345 orang dan melukai lebih dari 1.400 penduduk Palestina di Gaza meningkatkan ketegangan di Timur Tengah dan mengancam pasokan minyak mentah yang memicu kenaikan harga minyak tanah ditengah demand yang terus merosot akibat krisis ekonomi global yang semakin dalam. Timur Tengah merupakan pemasok lebih dari 31% di pasar minyak mentah dunia.

Aksi teroris Israel sudah melonjakkan harga minyak hingga hampir 6% menjadi $40.02 per barel ditengah rencana OPEC yang akan memotong pasokan sebesar 2.46 juta barel perhari dibulan depan. Aksi terror Israel juga sudah membuat nilai Dollar melemah sebesar 1.4% terhadap euro menjadi $1.4128 per euro, dipicu ekspektasi melemahnya permintaan dollar di Timur Tengah karena menurunnya pasokan minyak dan aksi anti Amerika Serikat.

Sementara itu harga emas di Pasar internasional juga mengalami lonjakan hingga mencapai level tertinggi sejak 1 minggu dipicu aksi terorisme Israel yang membawa kekhawatiran pada pelaku pasar, sehingga menubruk emas sebagai alternative investasi yang lebih aman.

Harga emas kontrak Februari menanjak $23.20 atau 2.7% menjadi $871.20 per ons, yang merupakan lonjakan tertinggi sejak 17 Desember 2008. Harga emas sudah melonjak 6.4% pada bulan ini yang mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi dan keamanan internasional.

Pada tahun ini, emas sudah menanjak 4%, dipicu ketertarikan investor yang mencari investasi menguntungkan ditengah melemahnya dollar dan rendahnya yield dari US Treasury jangka pendek yang tercatat jatuh dibawah 0 (nol).

Apabila aksi terorisme Israel ini tidak segera dihentikan, akan memunculkan gelombang kekerasan baru yang mengancam kondisi Timur Tengah khususnya dan keamanan dunia pada umumnya. Kondisi ini akan semakin menekan perekonomian dunia yang sedang dalam resesi yang sangat parah akibat bencana sector keuangan.

Kondisi kemanan yang rawan dan sektor keuangan yang krisis akan membuat investor semakin berlindung pada investasi yang aman seperti emas, sehingga akan semakin menahan laju investasi disektor ril. Kondisi ini tentunya merupakan kombinasi yang sangat membahayakan dalam menyongsong 2009. Aksi Israel ini telah menambah beban ekonomi dunia semakin berat dengan masuknya variable keamanan sebagai variable yang sangat penting.

Untuk itu sudah seharusnya masyarakat internasional menyerukan secara tegas dengan tindakan yang konkrit agar Israel menghentikan agresinya serta menyeret pelakunya pada Mahkamah Internasional sebagai pembunuh dan penjahat perang.

Selasa, 23 Desember 2008

EMAS – Melemah dipicu melemahnya komoditi dipicu inflasi



Harga emas pada perdagangan semalam ditutup melemah dipicu aksi spekulasi bahwa penurunan biaya komoditi akan akan meningkatkan harga logam mulia ini sebagai lawan inflasi.Emas dan Platinum juga tergelincir.


CRB index yang memuat 19 raw material melemah selama 5 sesi berturut-turut, hingga mencapai penurunan terbesar sepanjang tahun. Minyak mentah, bensin, jagung, kacang kedelai, gandum, tembaga semua tersungkur hingga mencapai rekor pada 2008. Emas mengalami penurunan 18% sepanjang waktu dari level tertinggi di $1,033.90.


Emas futures kontrak Februari melemah $13.20 atau 1.6% menjadi $834 per ons , sementara kontrak perak bulan Maret melemah 66.5cent atau 6.1% menjadi $10.95 per ons. Harga ini merupakan level terendah sejak 1 Des.


Emas mengalami rally 31% di 2007 disaat inflasi melonjak hingga kelevel tercepat dalam hampir dua decade.Consumer price mengalami kejatuhan 1.7% di November, hampir merupakan rekor terbesar dipicu tersungkurnya harga energi. Minyak mentah sudah terjerembab 74% dari rekor Juli.

Sementara itu Di BBJ pada perdagangan kemarin ditutup tanpa perubahan, kontrak Desember ditutup tetap pada harga Rp.294.000/gram.Sementara itu harga emas di pasar spot menurut Pt.Aneka Tambang, harga emas pada pagi ini diperdagangkan pada harga Rp.299.000, melemah Rp.2.000/gram atau 0.66%. Sementara itu harga perak juga melemah dan diperdagangkan pada harga Rp.3.701, atau melemah Rp.215 (5.49%).