Senin, 22 Desember 2008

KOPI- Menurun dipicu melemahnya permintaan



Harga kopi di tingkat petani Lampung mengalami penurunan tipis dipicu penguatan Rupiah dan tren penurunan harga kopi di pasar dunia sebagai respon dari penurunan permintaan karena penguatan Dollar yang mengurangi minat investor pada komoditi dengan basis harga Dollar.

Harga kopi di Lampung mengalami penurunan Rp.85/kg atau 0,54% menjadi Rp.15.682/kg.Sementara itu harga kopi di bursa berjangka ICE mengalami kejatuhan untuk pertama kali dalam empat sesi dipicu reboundnya dollar yang membuat investor mengurangi minatnya untuk membeli komoditi ini. Greenback menguat 2.7% terhadap kumpulan 6 mata uang utama dunia, melanjutkan gain 0.7% kemarin. CRB index yang memuat 19 raw material jatuh selama 3 hari perdagangan.

Kopi arabika kontrak Maret ditutup melemah 1.55cent atau 1.4% menjadi $1.1095 per pound.Harga tergelincir 1.1% pada minggu ini dan sudah turun 195 pada tahun ini. Di London,Kopi Robusta untuk kontrak Januari jatuh $60 atau 3.2% menjadi $1,801 per mt.


Krisis global dan turunnya harga kopi dunia berimbas pada jatuhnya harga kopi lokal untuk pasar ekspor Indonesia. Jika keadaaan ini berlanjut hingga akhir 2008 maka target penjualan senilai 575 juta dollar AS tidak akan terpenuhi.

Saat ini harga kopi Robusta turun menjadi 1,5 dollar AS per kg padahal sebelum krisis global mencapai 2,3 dollar AS per kg.

Sementara itu Peringkat ekspor kopi Indonesia yang saat ini di urutan ketiga terbesar dunia, bakal terancam turun di posisi empat. Tingginya produksi kopi Nigeria bakal menyalip posisi Indonesia.Posisi ekspor kopi Indonesia berada setelah Brasil di urutan pertama dan Vietnam di tingkat kedua. Vietnam juga sebelumnya ada di bawah Indonesia. Sedangkan Nigeria saat ini masih nangkring di posisi empat.

Indonesia pernah menjadi eksportir nomor dua setelah Brasil, setelah itu tahun berikutnya disalip Vietnam menjadi nomor tiga, sekarang kini terancam menjadi nomor 4 tergeser oleh Nigeria. Indonesia , tidak mengalami penurunan produksi, karena tingkat ekspor dan konsumsi juga meningkat.

Turunnya peringkat ekspor kopi Indonesia lebih karena para pengusaha tidak memiliki asosiasi sehingga kurang mendapat informasi-informasi terbaru di industri ini. Pemerintah menilai, masalah ini menyangkut dua hal yakni struktur industri dan modal yang dialami pengusaha besar maupun kecil. Selain itu juga karena struktur industri yang tidak adanya keterkaitan (linkage) antara hulu dan hilir.

Tidak ada komentar: