Kamis, 04 Desember 2008

Harga Karet melemah dipicu melemahnya Permintaan



Harga karet pada perdagangan kemarin di Malaysia ditutup melemah dipicu semakin melemahnya permintaan dan jatuhnya harga karet di pasar karet Shanghai. Pembeli menunda pembelian dan menunggu harga untuk turun lebih lanjut. Kondisi pasar sangat sepi ditengah kondisi wait and see. Pasar diharapkan akan membaik setelah Tahun Baru Cina dalam waktu dekat.

Di pasar fisik Indonesia, harga karet jenis lateks dijual petani Kab.Indragiri hilir pada harga Rp.4.500/kg, sementara karet jenis SIR 10 di tingkat pabrik Kab.Lebak dijual pada harga Rp.21.000/kg, sementara untuk jenis SR 20 dijual pada harga Rp.20.000/kg.Kondisi ini masih stabil dibandingkan dengan harga pada minggu lalu.

Untuk mengurangi pasokan, negara yang tergabung dalam International Rubber Council (ITRC) dan International Rubber Consisrtium (IRCo) akan memangkas produksi karet secara bersama sebanyak 215 ribu ton pada tahun 2009.Kesepakatan ini dibuat pada bulan Oktober, sebagai langkahuntuk mengatasi penurunan harga karet alam yang terjadi belakangan ini.

Tak hanya itu, pemerintah di negara produsen karet juga akan mendorong agar para petani mengurangi intensitas penyadapan pohon karet. Kalau sekarang penyadapannya 2 hari sekali maka pemerintah akan mengimbau untuk penyadapan karet 3 hari sekali.

Untuk Indonesia, langkah konkret untuk membatasi produksi adalah dengan cara membatasi izin baru perusahaan perkebunan karet. Tak hanya itu, pedagang karet di wilayah Asean rubber business council (ARBC) yakni Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cambodia. Eksportir yang tergabung diharapkan menghindari transaksi dengan para defaulters.

Ekspor komoditi karet sebagai unggulan komoditi Indonesia akan diturunkan dan diseleksi ketat. Ada empat langkah yang dilakukan. Yaitu, melakukan peremajaan, perlambatan penanaman, baru karet, mengurangi intensitas karet dan melakukan koordinasi dengan Malaysia, Singapura, Vietnam dan Cambodia, hal Ini dilakukan karena merespon permintaan yang menurun.


Langkah-langkah tersebut , diharapkan akan membuat ekspor menjadi menurun sampai dengan 30 %. Diharapkan nantinya akan menaikkan harga karet pada batas yang diharapkannya yakni US$ 3,25 per kg.Melihat masalah suplai yang masih berimbang, kemungkinan harga diatas US$ 2 dollar sangat mungkin.


Pada perdagangan di Malaysia kemarin (4/12) harga karet fisik menurut Badan Resmi Karet Malaysia untuk tipe SMR 20 turun 13cent menjadi 457.5 sen per kg, sementara jenis latex turun 5 sen menjadi 358.5 sen per kg. Sementara penjual tidak resmi tipe SMR 20 ditutup menurun 18sen per kg menjadi 446.0 sen per kg sementara jenis latex turun 7 sen menjadi 358.5 sen per kg.


Sementara itu Thailand- produser terbesar di dunia – mengajak Indonesia dan Malaysia untuk menyetujui pembelian material dari petani pada harga yang dijamin untuk mengatasi penurunan harga yang sudah menyentuh level terendah sejak 5 tahun.


Karet sudah turun 70% dari harga tertinggi setelah 28 tahun di Juni, dipicu resesi di US yang memotong penjualan untuk pembuatan ban mobil. Thailand, Indonesia dan Malaysia, memasok 70% dari kebutuhan karet alam dunia.

Ketiga Negara ini, akan mendiskusikan masalah harga ini pada 11 Desember di Bogor. Harga dibawah $1.35 menjadi patokan yang menghawatirkan bagi Negara produser. Harga Thailand jenis RSS-3 diperdagangkan pada 36.25 baht ($1.02) per kg di Asosiasi Karet Thailand.

Harga karet untuk kontrak Mei di Tocom, jatuh hingga lebih dari 10% menjadi 105.6 yen per kg ($1.135), level terendah sejak Mei 2003. (Asy/Bpti)

Tidak ada komentar: