Selasa, 16 Desember 2008

OLEIN- Menurun tipis dipicu penurunan CPO dan penguatan Rupiah




Harga olein futures pada perdagangan kemarin ditutup menurun tipis dibawah 1% dipicu penurunan harga CPO futures yang mencapai 2% didukung oleh penguatan Rupiah. Penurunan harga yang berlanjut sejak perdagangan awal minggu dipicu aksi spekulasi jual yang dilakukan investor ditengah factor fundamental yang dalam kondisi tren bearish dengan tingginya stok di Indonesia dan Malaysia.

Harga olein futures di BBJ pada perdagangan Selasa (16/12) ditutup melemah tipis.Kontrak Januari 2009 ditutup melemah Rp.25 atau 0.42% menjadi Rp.5.900/kg, kontrak Februari 2009 ditutup melemah Rp.10 atau 0.17% menjadi Rp.5.900/kg dan kontrak Maret 2009 ditutup melemah Rp.25 atau 0.42% menjadi Rp.5.900/kg.

Ada beberapa faktor fundamental yang mempengarui pergerakan harga CPO dunia selama ini, yaitu Minyak mentah, harga kedelai,import dari India dan data ekspor serta pergerakan Rupiah.

Minyak mentah mengalami kejatuhan hampir 4% pada perdagangan Senin, yang menjadi indikasi semakin dalamnya kekhawatiran terhadap resesi yang menganulir harapan pemotongan produksi dari OPEC pada pertemuan di Algeria. Harga minyak mentah jatuh $1.77 menjadi $44.51 per barel, sementara London Brent Crude turun $1.81 menjadi $44.60 per barel.

Harga Kacang kedelai mengalami penurunan setelah tertekannya harga minyak mentah, kondisi ini tidak terjadi di jagung dan gandum. Rasio harga yang baru antara – kontrak November kacang kedelai SX9 dan kontrak Jagung Desember CZ9 – hedging bulan hasil panen 2009- melejit 2.28 menjadi 1, yang memicu spreader untuk mulai membeli jagung dan menjual kacang kedelai. CBOT kacang kedelai kontrak Januari SF9 berakhir turun 8cent menjadi $8.46 per bushel, yang menghapus gain sebelumnya.

India- pembeli vegetable oil kedua terbesar- akan membeli lebih sedikit minyak sawit pada bulan Desember dan beralih ke hasil panen kacang kedelai dikarenakan harga yang lebih menarik untuk minyak matahari dan minyak kedelai.

Harga minyak sawit Malaysia – acuan harga CPO dunia- menggerus gain 3% dan ditutup melemah pada perdagangan Senin, dipicu kekhawatiran terhadap ekspor ke India yang menurun. Benchmark Februari minyak sawit kontrak KPOc3 di MDEX turun 5 ringgit atau 0.32% menjadi 1,576 ringgit ($443) per ton, setelah mencapai posisi tertinggi 1,630 ringgit.

Rupiah akhirnya bisa menguat Setelah tertekan sejak pekan lalu meski belum beranjak dari level 11.000 per dolar AS. Transaksi valas mulai sepi karena pelaku pasar sudah bersiap-siap libur akhir tahun.Pada perdagangan valas pukul 17.00 WIB, Selasa (16/12/2008) rupiah menguat 125 poin (1,12%) ke posisi 11.000 per dolar AS. Rupiah hari ini sempat menguat ke 10.900 per dolar AS namun tidak bertahan lama.


Penguatan rupiah ini mengikuti mata uang Asia lainnya seperti yen Jepang menguat 0,31%, won Korea menguat 0,99%, peso Filipina menguat 0,65%, bath Thailand menguat 0,29% dan dolar Taiwan menguat 0,56%.Penguatan rupiah dan mata uang Asia ini karena pelaku pasar mengantisipasi penurunan bunga the Fed yang diprediksi turun dari 1% menjadi 0,75%. Penurunan bunga the Fed ini juga akan berimbas positif karena selisih tingkat bunga Indonesia dengan the Fed masih tinggi. Kondisi ini akan memacu investor asing kembali ke pasar modal Indonesia.

Sementara itu harga minyak sawit futures di Kuala Lumpur jatuh selama 3 hari berturut-turut, setelah Malaysia – produsen kedua terbesar- melaporkan out put yang mencapai rekor dan stok untuk kontrak November karena rendahnya permintaan. Cadangan di Malaysia menanjak hingga mencapai rekor 2.27 juta ton, sementara itu out put melonjak hingga mencapai rekor 1.67 juta ton. Kontrak Februari jatuh 2% menjadi RM 1,545 per ton ($434) per mt.

Harga minyak tropis ini sekarang 36% lebih rendah dibandingkan minyak kedelai, dibandingkan sebelumnya yang rata-rata mencapai 26%.

Tidak ada komentar: