Kamis, 20 November 2008

GULA- Indonesia akan mengekspor pada tahun depan


Harga gula putih mengalami kejatuhan pada dua sesi dipicu penguatan Dollar yang mengurangi minat investor terhadap komoditi ini sebagai alternative investasi dan terjungkalnya harga minyak mentah.

Dollar Index, mengalami penguatan selama 3 hari berturut-turut, sementara minyak telah tersungkur hampir $100 per barel sejal rekor pada Juli dipicu krisis ekonomi yang menggerus pertumbuhan permintaan global ke posisi terendah sejak 23 tahun. Turunya harga minyak mengurangi pertumbuhan out put etanol dan menekan supply gula.


Harga gula putih untuk kontrak Maret mengalami kejatuhan $2.50 atau 0.8% menjadi $322.50 per mt di Liffe. Pemanis ini telah meningkat sebesar 2,4% pada tahun ini, dibandingkan 31% penurunan yang terjadi pada CMCI Index yang memuat 28 raw material.

Sementara gula jenis raw turun 0.4% menjadi 11.62 cent per pound di ICE.


Gula dihargai rata-rata 12.5cent per pound I ICE pada akhir tahun yang berakhir pada 30 Sept, turun dari perkiraan bulan april pada 13.3cent, demikian analisis dari Morgan Stanley.


Gula diharapkan akan kembali pada kondisi bullish, setelah selama 3 tahun berturut-turut mengalami rekor surplus. Permintaan global diperkirakan dalam 3 tahun kedepan akan mengalami kelebihan out put sebesar 1.8 juta ton pada tahun ini hingga September, dengan deficit melejit hingga 4.8 juta ton pada 12 bulan berikutnya.


Indonesia, pembeli terbesar di Asia Tenggara diperkirakan akan mengekspor pemanis ini pada tahun depan dikarenakan produksi yang melebih konsumsinya

Tidak ada komentar: